Langsung ke konten utama

Pengabdian sebagai Prajurit TNI

Pengabdian sebagai Prajurit TNI
Sejalan dengan tuntutan reformasi, maka dewasa ini telah terjadi perubahan paradigma dalam sistem ketatanegaraan khususnya yang menyangkut pemisahan peran dan fungsi TNI dan POLRI.  POLRI merupakan alat negara yang berperan dalam memelihra keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Sedangkan TNI berperan sebagai alat pertahanan negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian, POLRI berperan dalam bidang keamanan negara, sedangkan TNI berperan dalam bidang pertahanan negara.
Dalam upaya pembelaan negara, peranan TNI sebagai alat pertahanan negara sangat penting dan strategis karena TNI memiliki tugas  untuk:
·         Mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah
·         Melindungi kehormatan dan keselamatan bangsa
·         Melaksanakan operasi militer selain perang
·         Ikut serta secara aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. (Pasal 10 ayat 3 UU nomor 3 tahun 2002).
Berdasarkan uraian tersebut, jelaslah bahwa TNI merupakan komponen utama dalam pertahanan negara.
Pengabdian TNI kepada negara dapat dilihat dalam perjalanan sejarah perjuangannya, yaitu:

1.    Mempertahankan kemerdekaan

            Segera setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 Bangsa Indonesia menghadapi Sekutu/Belanda yang berusaha menjajah kembali bangsa Indonesia. Kedatangan kembali Sekutu/Belanda mendapat perlawanan kekuatan TNI bersama rakyat. Perlawanan tersebut menimbulkan pertempuran yang terjadi di mana-mana, seperti di:
*      Semarang (1945)
*      Ambarawa (1945)
*      Surabaya (1945)
*      Bandung (1946)
*      Medan (1947)
*      Palembang (1947)
*      Menado (1946)
*      Agresi Militer 1 (1947)
*      Agresi Milter 2 (1948)
*      Serangan Umum 1 Maret 1949
            Pada saat menghadapi Agresi Militer Belanda II, walaupun Pemerintah RI yang saat itu berpusat di Yogyakarta telah menyerah, Panglima Besar Jenderal Soedirman tetap melanjutkan perjuangannya, yaitu dengan cara gerilya karena berpegang teguh pada prinsip kepentingan negara dan bangsa.
Akibat dari perlawanan tersebut akhirnya bangsa Indonesia mampu mempertahankan pengakuan atas kemerdekaan dan kedaulatan RI pada tanggal 27 Desember 1949. Perjuangan ini berhasil berkat adanya kepercayaan diri yang kuat, semangat pantang menyerah, berjuang tanpa pamrih dengan tekad merdeka atau mati.

2.    Menjaga keutuhan bangsa dan negara

            TNI bersama rakyat melaksanakan operasi dalam negeri seperti penumpasan terhadap: 
*      PKI di Madiun 1948 dan 
*      Gerakan 30 September 1965,
*      Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat, Aceh,dan Sulawesi Selatan,
*      PRRI di Sumatera Barat,
*      Permesta di Menado, 
*      Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan, 
*      PGRS/Paraku di Kalimantan Barat, 
*      Republik Maluku Selatan di Ambon, 
*      GPLHT di Aceh, 
*      Dewan Ganda di Sumatera Selatan,
*       OPM di Irian.
            Perjuangan ini dilaksanakan demi kepentingan menyelamatkan kehidupan berbangsa dan bernegara serta berpegang teguh pada prinsip demi kepentingan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia .


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh : Ibadat Sabda (Katolik)

Lagu Pembukaan Jemaat Allah Marilah (PS 326) Tanda salib P        : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. U       : Amin. Salam pembuka P        : Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus cinta kasih Allah dan            persekutuan Roh Kudus  selalu beserta kita. U       : Sekarang dan selama – lamanya.

THE CONTROVERSION OF CASTRATION IMPLEMENTATION AS WEIGHTING PUNISHMENT FOR THOSE PERPETRATORS OF CHILD SEXUAL VIOLANCE IN INDONESIA

Dapat di download di link berikut : LINK LINK LINK LINK https://drive.google.com/file/d/1fCBW3OQNrasTficwmFami3Oid82vFDfC/view?usp=sharing Berikut beberapa isi dari doc. tersebut : THE CONTROVERSION  OF  CASTRATION IMPLEMENTATION AS WEIGHTING PUNISHMENT FOR THOSE PERPETRATORS OF CHILD SEXUAL VIOLANCE IN INDONESIA Problem Based Learning Tutorial Study Skills, Critical Thinking, and Evidence Based Learning Block 1 st Scenario by : Group 9A TUTOR Dwi Susanti, dr. SCENARIO COMPOSER Fundhy Sinar Ikrar Prihartanto, dr., MMedEd. Lina Lukitasari, dr., MSi. Prof. Dr. N. Margarita Rehatta, dr., Sp.An.KIC, KNA Medical Faculty Universitas Airlangga 1 st Semester 2017 GROUP MEMBERS COMPOSED BY       : GROUP 9A LEADER Aldo Aditya Suprijadi                  ...

Tari Buchae beserta ciri-cirinya

Tari buchae atau tari buchaechum (tari kipas) adalah tari kelompok yang merupakan salah satu tarian tradisional Korea yang paling terkenal di mancanegara. Pada mulanya, tari buchae merupakan bagian dari ritual kuno individual. Setelah ritual kuno individual sudah tidak ada lagi, lahirlah tari buchae atau yang sering disebut dengan tari kipas.