Langsung ke konten utama

Macam - macam Kalimat Majemuk

 


Kalimat majemuk

Kalimat majemuk adalah kalimat yang mempunyai dua pola kalimat atau lebih. Setiap kalimat majemuk mempunyai kata penghubung yang berbeda, sehingga jenis kalimat tersebut dapat diketahui dengan cara melihat kata penghubung yang digunakannya. Jenis-jenis kalimat majemuk adalah:
1.    Kalimat Majemuk Setara
2.   Kalimat Majemuk Rapatan
3.   Kalimat Majemuk Bertingkat
4.   Kalimat Majemuk Campuran

Kalimat majemuk setara

Kalimat majemuk setara yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya sejajar atau sederajat.
Berdasarkan kata penghubungnya, kalimat majemuk setara terdiri dari lima macam, yakni:
Kata Penghubung
Jenis
penggabungan
dan
penguatan/Penegasan
bahkan
pemilihan
atau
perlawanan
di lanjutkan pada sebuah kalimat majemuk yang kedua (sedangkan)
urutan waktu
kemudian, lalu, lantas
Contoh:
1.    Handy beli ayam (kalimat tunggal 1)
2.   Tarys beli sapi (kalimat tunggal 2)
    J Handy beli ayam sedangkan Tarys beli sapi (kalimat majemuk)

Kalimat majemuk rapatan
Kalimat majemuk rapatan yaitu gabungan beberapa kalimat tunggal yang karena subjek, predikat atau objeknya sama,maka bagian yang sama hanya disebutkan sekali.
Contoh:
1.    Fiyah suka nasi goreng (kalimat tunggal 1)
2.   Fiyah suka es oyen (kalimat tunggal 2)
3.   Fiyah suka martabak (kalimat tunggal 3)
J  Fiyah suka nasi goreng, es oyen, dan martabak.



Kalimat majemuk bertingkat

Kalimat majemuk bertingkat yaitu penggabungan dua kalimat atau lebih kalimat tunggal yang kedudukannya berbeda. Di dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat unsur induk kalimat dan anak kalimat. Anak kalimat timbul akibat perluasan pola yang terdapat pada induk kalimat.
Berdasarkan kata penghubungnya, kalimat majemuk bertingkat terdiri dari sepuluh macam, yakni:
Kata penghubung
Contoh
syarat
jika, kalau, manakala, andaikata, asal(kan)
tujuan
agar, supaya, biar
perlawanan (konsesif)
walaupun, kendati(pun), biarpun
penyebaban
sebab, karena, oleh karena
pengakibatan
maka, sehingga
cara
dengan, tanpa
alat
dengan, tanpa
perbandingan
seperti, bagaikan, alih-alih
penjelasan
bahwa
kenyataan
padahal
Contoh:
1.    Ayah pergi ke Surabaya (induk kalimat)
2.   Ketika pukul 04.00 pagi (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
  • Ketika pukul 04.00 pagi, Ayah pergi ke Surabaya. (kalimat majemuk bertingkat cara 1)
  • Ayah pergi ke Surabaya Ketika pukul 04.00 pagi. (kalimat majemuk bertingkat cara 2)

Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran yaitu gabungan antara kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sekurang-kurangnya terdiri dari tiga kalimat.
Contoh:
1.    Adik membaca buku dengan kakak. (kalimat tunggal 1)
2.   Ibu memasak makanan untuk adik. (kalimat tunggal 2, induk kalimat)
3.   Ketika tante datang ke rumahnya. (anak kalimat sebagai pengganti keterangan waktu)
  • Adik membaca buku dengan kakak, dan ibu memasak makanan untuk adik Ketika tante datang ke rumahnya. (kalimat majemuk campuran)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Contoh : Ibadat Sabda (Katolik)

Lagu Pembukaan Jemaat Allah Marilah (PS 326) Tanda salib P        : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. U       : Amin. Salam pembuka P        : Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus cinta kasih Allah dan            persekutuan Roh Kudus  selalu beserta kita. U       : Sekarang dan selama – lamanya.

Tari Buchae beserta ciri-cirinya

Tari buchae atau tari buchaechum (tari kipas) adalah tari kelompok yang merupakan salah satu tarian tradisional Korea yang paling terkenal di mancanegara. Pada mulanya, tari buchae merupakan bagian dari ritual kuno individual. Setelah ritual kuno individual sudah tidak ada lagi, lahirlah tari buchae atau yang sering disebut dengan tari kipas.

Tari Odissi beserta ciri-cirinya

Tari Odissi merupakan perpaduan antara musik dan tarian dari daerah Orissa yang telah ada lebih dari 2000 tahun yang lalu yang dikembangkan dari tarian kuno odra natya (tari odra). Pada mulanya penari tari odissi adalah para gadis (devadasis atau maharis), namun, pada sekitar abad XV, para pemuda yang berdandan seperti gadis juga mulai menarikan odissi untuk menghibur para penikmatnya. Pemuda penari ini dikenal sebagai gotipua atau sakhiplla. Tarian odissi merupakan gabungan antara nrittya (tari interpretasi) dan nrutya (tari murni). Tema tariannya berdasarkan kepada mitologi dan nilai religi yang menekankan pada keseimbangan jiwa dan estetika.